Aroma Uang, Rusia dan Qatar Terpilih World Cup 2018 & 2022


Ada dua hal yang super menarik dalam menentukan tuan rumah World Cup 2018 dan 2022, yang berlangsung Kamis, 2 Desember 2010 di kota-nya milik FIFA – Zurich , Swiss yang disiarkan secara langsung EuroSport (Indovisian TvKabel). Yang pertama, masalah bagaimana membangun image lewat kampanye. Dan, masalah kedua – begitu hebatnya masalah financial mewabah di sepak bola internasional dibawah naungan FIFA.

Dalam bidding yang berlangsung hampir satu jam itu, pertarungan memperebutkan tuan rumah Piala Dunia 2018, sepertinya hanya tinggal milik Inggris dan Rusia. Namun, sebelum diumumkan oleh Presiden FIFA, Sepp Blatter, Cocomeo News, sempat telepon-2an dengan asli anak Inggris yang sudah 20 tahun di Indonesia, Richard Pedler.



CN menilai Rusia lebih pantas menjadi pemenang dalam pertarungan tersebut. Salah satu daya tariknya, adalah bagaimana presentasi Rusia sangat luar biasa, dalam memperkenalkan satu per satu kota yang akan dijadikan ajang World Cup, beserta stadion-2anya. Yang paling sangat dasyat, Rusia sangat apik memberi informasi lewat grafis animasi, dalam memamerkan semua yang ada di bumi Rusia.

Sebagai negara terbesar di Eropa Timur, Rusia benar-benar sangat menggagumkan dalam perjalanan sejarah bangsanya. Semuanya diceritaka secara detail dengan potongan-potongan gambar yang indah. Termasuk, masalah transportasinya, animo penontonnya, pariwisatanya serta dunia germerlap di malam hari – dengan wanita-wanita yang cantik. Bahkan, system pembinaan sepak bola di kota-kota besar Rusia begitu dominan dan mewabah saat ini.

Kota seperti St Petersburg, Moscow, atau kota Yekaterinburg yang punya pemandangan indah pegunugan Ural, atau kota Sochi yang memiliki keindahan sungai Volga sekaligus sebagai pusat manusia-manusia super gaya dari hasil bumi sekaligus para gangster Rusia. Salah satu kelebihan Rusia dibandingan, Inggris atau duet Spanyol-Portugal, karena dipastikan selama World Cup 2018 semua yang akan datang ke Rusia – BEBAS VISA.

Yang menarik, saat Sepp Blatter mengumumkan Rusia sebagai pemenang tuan rumah, Nampak Roman Abromovic, pemilik klub raksasa Chelsea – sekaligus salah satu orang terkaya yang memiliki banyak lading minyak (kalau di Indonesia, mirip seperti Arifin Panigoro), ada di sekitar rombongan kampanye Rusia menjadi tuan rumah.

Dan, sepertinya, masalah financial yang menjadi daya tarik Rusia dipilih oleh anggota EXCO FIFA yang diumumkan Sepp Blatter. Rusia saat ini gudangnya uang yang berlimpah, dan pembangunan yang super modern untuk infrastruktur stadion dan setiap kota yang dipilih FIFA. Rata-rata stadion di Rusia nantinya berkapasitas 80 ribu penonton – cocok dengan warga Rusia yang mencapai 150 juta penduduknya. Pantas, kalau dalam kampanyenya, Rusia menyediakan anggaran 10 miliar dolar atau sekitar Rp 120 triliyun (weleh-2)

Bandingkan dengan Inggris, yang wajah presentasinya sepertinya tidak maksimal dan tidak total. Walapun, tim kampanyenya didukung nama-nama besar, seperti David Beckham, Fabio Capello, Jhon Barnes serta anak kerajaan Inggris, Pangeran William. Bahkan, didukung nama-nama besar dalam membangun manajemen profesional seperti Peter Kenyon (chief executive Chelsea) dan mantan pelari Inggris – Sebastian Coe, serta konsultan bidding Inggris, Paul Elliott yang menjadi kunci suksesnya Inggris ditunjuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2014 pun, ternyata tidak cukup memenangkan pertarungan di depan para anggota EXCO FIFA.

Ada empat hal kelemahan Inggris gagal mengulang seperti World Cup 1966. Pertama, Presiden FIFA – Sepp Blatter dari awal sebagai presiden menang sangat benci dengan ulah sepak bola Inggris. Yang kedua, Blatter dari awal sangat benci dengan sistem media cetak Inggris yang selalu menyudutkan FIFA. Yang ketiga, justru dari Inggris yang ikut andil gagalkan Inggris gagal menjadi tuan rumah World Cup 2018, yaitu The Sunday Times yang mengungkap ada skandal antara FIFA dan para juru kampanye Inggris. Yang keempat, Inggris memang kalah dalam masalah uang pelican dibandingkan Rusia.

Qatar 2022
Terpilihnya Qatar yang berada di kawasan Asia – Timur Tengah, juga langsung dicibir dengan wajah yang sangat sirik oleh salah satu ketua tim kampanye Amerika Serikat, Bill Clinton (mantan presiden USA). Seolah-olah Amerika Serikat tidak percaya kalau Negara Qatar yang hanya berpenduduk 1.6 juta orang, dengan suhu udara yang rata-2 40 derajat mampu menjadi pilihan EXCO FIFA.

Qatar, ternyata menjanjikan banyak hal, khususnya hampeir semua stadion akan dilengkapi alat pendingin dengan bahan bakar solar, sekaligus alat pembuang bahan bakar solar. Sehingga semua penonton di delapan kota yang akan dijadikan ajang World Cup 2022 nantinya, masih bisa bernapas lega – akibat suhu udara yang sangat panas untuk ukuran penonton sekaligus para pemain yang berlaga di World Cup 2022 mendatang.

Sebagai Negara Islam, Qatar juga akhirnya memberi idspensasi selama World Cup berlangsung, dengan menyediakan tempat-tempat untuk menyediakan minuman beralkohol. Maklum, Qatar melarang adanya minuman beralkohol, sebagai bagian dari larangan sesuai ajaran Islam. Artinya, para hooligans akan tetap tidak merasa nyaman jika ada area-2 yang menyediakan outlet minuman beralkohol.

Dengan terpilihnya dua Negara yang untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah. Maka, nasib Indonesia yang pernah ngotot menjadi tuan rumah World Cup 2022, sesuai siklus World Cup selama ini, maka mimpi-mimpi itu akan bisa terwujud, untuk kembali mengajukan tuan rumah World Cup untuk 24 tahun lagi. Jadi, Indonesia bisa menjadi tuan rumah World Cup kira-kira tahun 2046.

Yang menjadi pelajaran dari tontonan presentasi bidding World Cup di Zurich Swiss kemarin. Apakah para pengurus PSSI atau Nurdin Halid nonton acara yang dimasak secara apik, indah dan professional?

Padahal yang disiarkan secara langsung oleh EuroSport dan disaksikan 500 juta manusia ini, seharusnya bisa dijadikan pembelajaran sekaligus pencerahan wawasan, bagaimana merencanakan sebuah kampanye, dan kemudian meng-eksekusi kampanye sekaligus memenangkan sebuah bidding berkelas.