Petir Kelabu


“Tok, tok… toktrook,” aku mengetuk pintu. Tak ada yang membukanya. Kuulangi lagi mengetuk pintu. Masih belum ada yang mau membukakannya. Kuulangi lagi, masih tak ada. Terus kuulangi….

“Dari mana kamu, Di?” sapaan perempuan itu perlahan-lahan menyentuh selaput telinga. Terdengar jauh.

Cuek! Aku masuk. Tak sedikit pun mataku mampir padanya. Mungkin ia memandangku kesal, sedih, getir, pilu. Ah, jelas aku tak punya waktu untuk memikirkannya. Apalagi merenungkannya.